Sistem
pakar adalah “Sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan
teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan
oleh seorang pakar dalam bidang tertentu” (Kusrini, 2006 : 11).
Menurut Muhammad Arhami di dalam
buku Konsep Dasar Sistem Pakar (2005 : 3), “Sistem pakar adalah salah satu
cabang dari AI yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia
yang pakar”.
Dari kedua sumber diatas dapat
disimpulkan sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggun akan
pengetahuan, fakta dan teknik oleh manusia untuk memecahkan masalah yang
biasanya diselesaikan oleh seorang pakar pada bidang tertentu.
- Ciri-ciri
Sistem Pakar
Sistem pakar merupakan program yang
dapat menggantikan keberadaan seorang pakar, berikut ini adalah ciri-ciri sistem pakar
(Kusrini, 2006):
1. Terbatas pada bidang yang spesifik.
2. Dapat memberikan penalaran untuk
data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Dapat mengemukakan rangkaian alas an
yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.
4. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu.
5. Dirancang untuk dapat dikembangkan
secara bertahap.
6. Output
bersifat nasihat, petunjuk, serta anjuran.
7. Knowledge base dan Inference engineer terpisah.
- Keuntungan Pemakaian Sistem Pakar
- Keuntungan Pemakaian Sistem Pakar
Sistem pakar dikembangkan untuk
menggantikan seorang pakar dalam memecahkan suatu masalah layaknya seorang
pakar. Adapun keuntungan pemakaian sistem pakar, yaitu (Kusrini, 2006):
1. Membuat seseorang yang awam dapat
bekerja seperti layaknya seorang pakar.
2. Dapat bekerja dengan informasi yang
tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Meningkatkan output dan
produktivitas. Sistem pakar bekerja lebih cepat dari manusia. Keuntungan ini
berarti mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan dan akhirnya mereduksi biaya.
4. Meningkatkan kualitas.
5. Sistem pakar menyediakan nasihat yang
konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.
6. Membuat peralatan yang kompleks lebih
mudah dioperasikan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak
pengalaman.
7. Handal (reliability).
8. Memungkinkan pemindahan pengetahuan
ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dapat diperoleh
dan dipakai di mana saja. Merupakan arsip yang terpercaya dari sebuah keahlian
sehinggar user seolah-olah
berkonsultasi langsung dengan sang pakar.
Perbandingan sistem konvensional dengan sistem pakar
dapat dilihat pada table 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Konvensional Dengan
Sistem Pakar
(Kusrini : 2006)
Sistem Konvensional
|
Sistem Pakar
|
Informasi dan pemrosesan umumnya
digabung dalam satu program sekuensial
|
Basis pengetahuan dari mekanisme
pemrosesan (inferensi)
|
Program tidak pernah salah (kecuali
pemrogramnya yang salah)
|
Program bisa saja melakukan kesalahan
|
Tidak menjelaskan mengapa input
dibutuhkan atau bagaimana hasil yang diperoleh
|
Penjelasan (explanation) merupakan bagian dari sistem pakar
|
Membutuhkan semua input data
|
Tidak harus membutuhkan semua input
data atau fakta
|
Perubahan pada program merepotkan
|
Perubahan pada kaidah dapat
dilakukan dengan mudah
|
Sistem bekerja jika sudah lengkap
|
Sistem dapat bekerja hanya dengan
kaidah yang sedikit
|
Eksekusi secara algoritmik (step-by-step)
|
Eksekusi dilakukan secara heuristic
dan logis
|
Manipulasi efektif pada database
yang besar
|
Manipulasi efektif pada basis
pengetahuan yang besar
|
Efisiensi adalah tujuan utama
|
Efektivitas adalah tujuan utama
|
Data kuantitatif
|
Data kualitatif
|
Representasi dalam numeric
|
Representasi pengetahuan dalam
simbolik
|
Menangkap, menambah dan
mendistribusikan data numeric atau informasi
|
Menangkap, menambah dan
mendistribusikan pertimbangan (judgment) dan pengetahuan
|
Untuk memahami perancangan sistem pakar, perlu
dipahami mengenai siapa saja yang berinteraksi dengan sistem. Yaitu (Kusrini,
2006) :
1. Pakar (domain expert) : Seseorang ahli yang dapat menyelesaikan masalah
yang sedang diusahakan untuk dipecahkan sistem.
2. Pembangun pengetahuan (knowledge engineer) : Seseorang yang
menerjemahkan pengetahuan seorang pakar dalam bentuk deklaratif sehingga dapat
digunakan oleh sistem pakar.
3. Pengguna (user) : Seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk
mendapatkan saran yang disediakan pakar.
4. Pembangun sistem (system engineer) : Seseorang yang
membuat antarmuka pengguna, merancang bentuk basis pengetahuan secara
deklaratif dan mengimplementasikan mesin inferensi.
2.2.3 - Mesin Inferensi (Inference Machine)
Menurut Sri Hartati dan Sari Iswanti
dalam bukunya tentang Sistem Pakar Dan Pengembangannya (2008 : 5), “Mesin
Inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang
melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, bisa dikatakan sebagai mesin
pemikir (thingking machine)”. Pada
prinsipnya mesin inferensi inilah yang akan mencari solusi dari suatu
permasalahan.
- Runut Maju (Forward
Chaining)
Forward
chaining disebut
juga penalaran dari bawah ke atas karena penalaran dari evidence (fakta) pada level bawah menuju konklusi pada level atas
didasarkan fakta. Penalaran dari bawah ke atas dalam suatu sistem pakar dapat
disamakan untuk pemrograman konvensional dari bawah ke atas.
Penalaran dimulai dari premis-premis
atau informasi masukkan (if) dahulu
kemudian menuju konklusi (then) atau
dapat dimodelkan pada gambar 2.1 sebagai berikut:
IF (informasi masukan), THEN (konklusi)
|
Gambar 2.1 Contoh Forward Chaining
(Kusrini : 2006)
Pada
Metode forward chaining diartikan sebagai pendekatan yang dimotori data. Runut
maju merupakan proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data
atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Dalam pendekatan ini runut
maju dimulai dari informasi masukan, dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan.
Sehingga metode ini juga sering disebut “data driven” yang dimulai dari
premis-premis atau informasi masukan (if)
dahulu kemudian menuju konklusi atau kesimpulan (then). Karena metode forward chaining berangkat dari kiri ke kanan,
yaitu dari premis menuju kesimpulan akhir, maka seringkali pula disebut data
driven (yaitu, pencarian dikendalikan oleh data yang diberikan).
Menurut
T.sutojo, Edy Mulyanto dan Dr.Vincent Suhartono dalam buku yang berjudul
Kecerdasan Buatan, “forward chaining adalah
teknik pencarian yang dimulai dengan fakta yang diketahui kemudian mencocokkan
fakta-fakta tersebut dengan bagian IF
dari rules IF-THEN”. Bila ada fakta
yang cocok dengan bagian IF, maka rule tersebut dieksekusi. Bila sebuah rule dieksekusi, maka sebuah fakta baru
(bagian THEN) ditambahkan ke dalam
database. Setiap rule hanya boleh
dieksekusi sekali saja. Proses pencocokan berhenti bila tidak ada lagi rule yang dieksekusi.
Didalam
penelitian ini metode pelacakan kedepan (forward
chaining) yaitu dimulai dari sekumpulan fakta-fakta tentang suatu gejala
yang dirasakan sebagai masukan untuk sistem dan kemudian dilakukan pelacakan
sampai tercapainya tujuan akhir berupa solusi.
- DECISION TREE
Algoritma decision tree didasarkan pada pendekatan divide-and-conquer untuk klasifikasi suatu masalah. Algoritma tersebut bekerja dari atas ke
bawah, mencari pada setiap tahap atribut untuk membaginya ke dalam bagian
terbaik class tersebut, dan memproses
secara rekursif submasalah yang dihasilkan dari pembagian tersebut. Strategi ini menghasilkan sebuah decision tree yang dapat diubah menjadi
satu set classification rules (Witten
et all, 2011). Decision tree merupakan
salah satu metode klasifikasi yang menggunakan representasi struktur pohon (tree) di mana setiap node
merepresentasikan atribut, cabangnya merepresentasikan nilai dari atribut, dan
daun merepresentasikan kelas. Node
yang paling atas dari decision tree disebut sebagai root (Gorunescu, 2011). Pada
decision tree terdapat 3 jenis node, yaitu:
a. Root Node, merupakan node
paling atas, pada node ini tidak ada
input dan bisa tidak mempunyai output
atau mempunyai output lebih dari
satu.
b. Internal Node , merupakan node
percabangan, pada node ini hanya
terdapat satu input dan mempunyai output minimal dua.
c. Leaf node atau terminal node
, merupakan node akhir, pada node ini hanya terdapat satu input dan tidak mempunyai output.
Decision tree tergantung pada aturan if-then, tetapi tidak membutuhkan parameter dan metrik. Struktur sederhana dan dapat ditafsirkan
memungkinkan decision tree untuk
memecahkan masalah atribut multi-type. “Decision
tree juga dapat mengelola nilai-nilai yang hilang atau data noise” (Dua
& Xian, 2011). Banyak algoritma yang
dapat dipakai dalam pembentukan Decision
Tree, antara lain ID3, CART, dan C4.5.
Algoritma C4.5 dan pohon keputusan merupakan dua model yang tak
terpisahkan, karena untuk membangun sebuah pohon keputusan, dibutuhan algoritma
C4.5 (Han & Kamber, 2006).
Gambar 2.2 Contoh Struktur Decision
Tree Sumber: Dua & Xian, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar